MANAJEMEN STRATEGI
DALAM BHARATA YUDHA
Memenangkan tanpa
Mengalahkan
Oleh :
SUDARMAWAN JUWONO
Menurut Al Ries mengutip
jenderal dan ahli strategi kenamaan Clausewitz menyatakan bahwa
faktor kekuatan merupakan sesuatu yang menentukan kemenangan. Prinsip
ini merupakan prinsip utama dalam perang. Pihak yang kuat akan
menentukan jalannya perang dan kemenangan. Perbandingan kekuatan
antara Pandawa dan Kurawa adalah 7 (tujuh) dengan 11 (sebelas).
Perbandingan yang lain adalah panglima perang Pandawa hampir semua
anak muda kecuali Resi Seta, sedangkan pada Kurawa adalah para senior
yang sangat berpengalaman. Di atas kertas, kekuatan Astina akan
unggul karena adanya senapati-senapati dan ahli perang yang tangguh
seperti Resi Bisma, Resi Durna dan Prabu Salya atau Adipati Karna.
Siapa yang bisa mengalahkan strategi Resi Bisma, boleh dikatakan
panglima tua ini tidak ada dua atau lawannya.
Adapun Prabu Salya merupakan
tokoh tua yang tidak ada bandingannya dalam menggerakkan kekuatan
Candra Birawa yang mengerahkan ribuan raksasa. Siapa yang mampu
menandinginya, Arjuna atau Bimasena sendiri tidak kuasa melawan paman
mereka tersebut. Sedangkan Adipati Karna memiliki keunggulan sebagai
senapati yang jago memanah tidak pernah meleset ditakuti oleh
Pandawa. Belum lagi dukungan dari negara-negara jajahan dan sekutu
Astina yang tidak terbilang. Belum lagi anak-anak muda lain seperti
Aswatama putra Resi Durna yang pilih tanding, Burisrawa putra
Mandraka atau anak-anak Adipati Karna. Mengapa Pandawa nekat
berperang melawan Astina, adakah pemikiran logis yang mendasari
keputusan tersebut ?
Dibalik Keputusan Pandawa
Kekuatan Pandawa di bawah
kekuatan Kurawa. Namun ada beberapa faktor yang membuat mereka merasa
memiliki peluang. (1) Faktor pengalaman. Kekuatan Pandawa dibentuk
oleh pengalaman merubah sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Spirit
kekuatan tersebut terletak pada budaya Pandawa yang tidak mudah
menyerah dan militan. Sebaliknya kekuatan Pandawa juga tidak
terbilang ringan karena Pandawa merupakan kekuatan yang telah teruji
oleh perubahan jaman. Mereka ini telah ditempa berbagai macam tipuan,
pengalaman membuka hutan menjadikan kota Indraprasta. Tidak hanya itu
Pandawa memiliki pengalaman menghamba menjadi pelayan kerajaan
Wirata serta menjadi prajurit membela Wirata. Kegigihan Pandawa
membangun Amarta dari belantara yang angker penuh binatang buas dan
mahluk berbahaya menjadi negeri gemah ripah loh jinawi. (2)
Keterpaksaan untuk menempuh jalan ini karena tidak ada jalan lain.
(3) Kemampuan tempur para kawula muda. Sekalipun generasi muda
Pandawa seperti Gatotkaca, Abimanyu atau Bambang Irawan masih relatif
muda namun mereka memiliki ulah ketrampilan dan penguasaan seni
perang yang luar biasa. Mereka ini mampu menandingi para Kurawa
seperti Jayadrata, Kartamarma dan Dursasana. Sedangkan generasi muda
Kurawa nyaris tidak ada, regenerasi di Astina tidak sebaik yang
terjadi di lingkungan lawan mereka. Tokoh Lesmana Mandrakumara anak
Prabu Duryudana juga tidak bisa diharapkan menjadi pengganti raja
Astina.
Dari ke 3 (tiga) alasan
tersebut sebenarnya keputusan untuk menagih janji Kurawa atas tanah
Astina sebenarnya menunggu waktu yang tepat guna
mempertanggungjawabkan kewajiban dan amanat leluhur untuk menjaganya.
Sebenarnya Pandawa sudah tidak kurang memiliki Amarta yang kaya raya
dan disegani oleh kerajaan-kerajaan lain, namun Astina masih
berhutang. Kini tiba saatnya Pandawa menagih kembali. Dalam lakon
Kresna Duta, Pandawa meminta bantuan Prabu Kresna untuk meminta
kembali tanah Astina secara baik-baik. Namun Kurawa memandang bahwa
sebenarnya saat inilah tepat untuk mengalahkan Pandawa pada medan
pertempuran yang sebenarnya. Mereka yakin bahwa Pandawa tidak akan
mampu menembus pertahanan bala tentara Astina dan memasuki kota
Astina.
Bilamana mereka berdamai
dengan Pandawa maka justru akan merugikan kepentingan Astina pada
masa yang akan datang apalagi generasi penerus Kurawa tidak sekuat
generasi Pandawa. Maka Bharata Yudha adalah menjadi tulang punggung
untuk menaklukkan Pandawa di tengah-tengah kejayaan mereka. Kesalahan
Kurawa hanya satu yaitu saat mereka mempermalukan dan menyerang Prabu
Kresna ketika menjadi Duta Pandawa. Saat itulah Prabu Kresna yang
terikat sumpah untuk tidak berperang akhirnya menjadi penasehat
Pandawa tanpa harus mengangkat senjata.
Di mata
Pandawa, kekalahan Kurawa akan memberikan jalan bagi mereka untuk
menyerah tanpa syarat kemudian menyerahkan sebagian tanah Astina
seperti yang diminta pada saat Kresna diutus menjadi duta. Namun
Pandawa juga sadar mereka berhadapan dengan kekuatan benteng yang
nyaris tidak tertembus sementara sadar bahwa mereka sendiri
kekurangan pasukan. Tidak sedikit negara-negara sahabat yang ciut
nyalinya untuk bergabung dengan Pandawa melihat lawan Pandawa yang
sedemikian tangguh. Kebesaran Resi Bisma
dan Resi Durna membuat mereka enggan untuk melawannya karena berarti
binasa. Hanya Wirata, Pringgodani dan beberapa negara kecil lain yang
rela bergabung dengan Amarta.
Tabel
Perimbangan Kekuatan
Pandawa dan Kurawa
KEKUATAN
MILITER
|
PANDAWA
|
KURAWA
|
Penasehat
|
Prabu
Kresna
|
Patih
Sengkuni,
Resi
Bhisma dan
Resi
Durna
|
Panglima
Perang
|
Resi
Seta, Arjuna, Bimasena, dan Drestajumena
|
Patih
Sengkuni, Resi Bisma, Pandita Durna, Adipati Karna, Prabu Salya
dan Prabu Suyudana, Aswatama
|
Para
Perwira Tinggi
|
Nakula,
Sadewa, Srikandi, Prabu Drupada, Abimanyu, Gatotkaca, dan
Setyaki
|
Jayadrata,
Dursasana, Rukmarata, Burisrawa, Prabu Bogadenta, Resi Krepa,
Kurawa bersaudara lainnya
|
Infantri
|
765.450
orang
|
1.202.850
orang
|
Kaveleri
|
455.000
orang
|
715.000
orang
|
Kereta
Perang & Gajah
|
153.090
|
240.570
|
Sekutu
|
3
negara yaitu : Cempalareja, Pringgandani dan Wirata
|
9
negara yaitu : Awangga, bala bantuan Dwarawati (berupa pasukan)
dan Mandura (tanpa rajanya), Gandaradesa, Magada, Mandaraka,
Sindukalangan, Trajutrisna dan Trigata
|
Dari berbagai sumber
Dengan
demikian mengapa Pandawa maupun Kurawa tetap menghendaki perang
Bharata Yudha karena mereka semua memiliki perhitungan atau
kalkulasi. Kalkulasi Kurawa terletak pada kekuatan mereka di atas
kertas yang melampaui jumlah maupun kualitas pasukan Pandawa.
Diperkirakan hingga dua minggu pasukan
Kurawa akan mampu bertahan sementara Pandawa akan merosot bila hasil
pertempuran berimbang. Dengan gebrakan pasukan yang jauh lebih besar
maka Kurawa tidak takut untuk menggelar formasi perang yang
mengandalkan jumlah pasukan besar. Sedangkan Pandawa harus
mempersiapkan diri untuk bertahan selama seminggu guna mencapai
pertempuran yang berimbang. Bilamana terjadi kesalahan strategi maka
dipastikan kekuatan Pandawa akan jauh berkurang. Namun genderang
perang telah ditabuh, pihak Kurawa bernafsu menggelar Bharata Yudha
bilamana Pandawa mundur teratur, kalah atau menang, mereka Kurawa
akan memperoleh keuntungan.