MANAJEMEN STRATEGI
DALAM BHARATA YUDHA
Memenangkan tanpa
Mengalahkan
Oleh :
SUDARMAWAN JUWONO
Membaca Situasi Bharata Yudha Dalam Perspektif Manajemen
Strategi Lainnya : Kearifan Strategi Dalam Bharatayudha
Asal
kisah ini ditulis oleh Resi Wiyasa atau Begawan Abiyasa yang
menceritakan peperangan antara dua keturunan Bharata yaitu Pandawa
dan Kurawa. Di Indonesia, kisah ini digubah oleh Empu Sedah dan
dilanjutkan oleh Empu Panuluh hingga tahun 1157 jaman kerajaan
Kediri. Sehingga kisah ini sudah cukup populer dalam budaya Jawa
–Bali pada masa itu. Sekalipun kebudayaan Hindu sudah digantikan
dengan kebudayaan Islam namun demikian bukan berarti pengaruh
tersebut sirna. Berbagai seni budaya dan pemikiran justru bertahan
dan diwariskan hingga sekarang ini sehingga Bharata Yudha tidak hanya
dikenal di Bali saja namun pada suku bangsa Jawa dan Sunda yang
memeluk agama Islam. Bharata Yudha menjadi tuntutan bukan hanya
tontonan bagi sebagian orang Jawa dan Sunda. Kisah-kisahnya seperti
kisah pewayangan lainnya disesuaikan dengan pandangan budaya dan
ajaran Islam. Namun demikian intisari dan hikmah cerita ini
sesungguhnya tetap lestari. Kisah Bharata Yudha dalam kehidupan
modern juga telah banyak digubah sesuai dengan tuntutan jaman bahkan
mulai abad 20 ini mulai menjadi komik.
Bagaimana
menganalogikan Bharata Yudha sebagai arena pertarungan atau adu
strategi manajemen ? Kedahsyatan perang ini dapat digambarkan dari
korban yang sangat besar yaitu 9.539.050 jiwa tidak termasuk para
senapati dan binatang-binatang yang menjadi tunggangan mereka.
Mungkin jumlah tersebut dilebih-lebihkan untuk menggambarkan
kedahsyatan perang yang terjadi saat itu. Padahal perang hanya
berlangsung dalam waktu 18 hari saja. Adapun pertempuran dalam perang
Bharata Yudha yang terlama adalah 10 hari ketika Kurawa dipimpin Resi
Bisma sedangkan paling singkat hanya setengah hari.
Secara
ringkas dasar perang Bharata Yudha adalah ketika Pandawa menagih
janji Kurawa menyerahkan tanah dan kekuasaan kerajaan Astina yang
menjadi hak mereka. Persoalannya mengapa Bharata Yudha menjadi muncul
ketika semua pihak telah dimantapkan kedudukannya masing-masing.
Bharata Yudha adalah babak akhir dari kehidupan Pandawa. Dalam teori
organisasi atau produk kita mengenal adanya empat tahap kehidupan
suatu produk yaitu kelahiran organisasi, pertumbuhan, masa kedewasan
atau kemunduran, dan terakhir masa kematian. Keberadaan Pandawa dan
Kurawa harus dilihat dari hubungan keduanya.
Pertama,
kelahiran Pandawa ketika sudah membangun keraton Indraprasta hingga
kemudian direbut oleh Kurawa. Pada masa ini Pandawa tidak memiliki
kekuatan apa-apa, apalagi sekutu yang mampu memperjuangkan mereka.
Ketika Pandawa mengalami kemalangan, tidak ada yang tergerak membela.
Ketika Drupadi dipermalukan oleh Dursasana tidak ada yang membela
atau menyelamatkannya. Tangis Drupadi seakan tertelan oleh kebesaran
keraton Astina dan suara gelak tawa seratus Kurawa.
Kedua,
pada masa ini Pandawa mengalami masa pertumbuhan yang pesat setelah
berhasil menggandeng Pringgondani serta membangun keraton Amarta di
hutan Wisamarta. Pada masa ini Pandawa mengalami puncak kejayaan
serupa dengan yang dialami oleh Kurawa penguasa Astina. Anak-anak
Pandawa telah tumbuh menjadi satria-satria pilih tanding. Pada masa
ini Pandawa mulai merasakan bahwa setahap lagi mereka akan memasuki
kedewasaan dan kemunduran.
Sedangkan
sebaliknya Kurawa tengah memasuki masa kemunduran karena
satria-satria mereka telah semakin menua sementara anak-anak mereka
yang lahir tidak perkasa seperti anak-anak Pandawa. Masa kedewasaan
ini bagi Kurawa adalah puncak kedewasaan sehingga merasa sebaiknya
mereka mengalahkan Pandawa sehingga aman bagi kedudukan generasi
mereka mendatang. Kecemasan mereka semakin beralasan Mengalahkan
Pandawa berarti akan merebut Amarta sehingga mampu menaklukkan
Pandawa secara keseluruhan sehingga tercapai kemenangan total. Pada
masa kedewasaan ini perlu bagi Astina untuk melakukan revitalisasi
guna membangkitkan kembali kekuatan yang ada.