MANAJEMEN STRATEGI
DALAM BHARATA YUDHA
Memenangkan tanpa
Mengalahkan
Oleh :
SUDARMAWAN JUWONO
PROLOG :
UPAYA MENGGALI KEARIFAN
MANAJEMEN LOKAL
Kisah wayang telah ratusan tahun menjadi inspirasi kearifan perilaku
manusia di Indonesia khususnya di pulau Jawa dan Bali. Penggalian
berbagai filosofi dan kebijaksanaan dari kisah wayang telah banyak
dilakukan. Namun untuk kajian dengan fokus ” disiplin ilmu
manajemen dan strategi ” belum banyak dilakukan secara mendalam.
Padahal pada era sekarang ini perlu bagi menggali berbagai khasanah
pengetahuan yang berdasar kearifan budaya lokal tidak terkecuali
mengenai manajemen. Dengan demikian buku ini bukan respon terhadap
maraknya berbagai konsep mengenai strategi manajemen yang berasal
dari Cina. Seperti diketahui bersama banyak pelajaran manajemen
bisnis mengambil pelajaran dari Sun Tzu atau kisah Sam Kok. Seni
berperang Cina menjadi sumber kearifan manajemen dan strategi. Ribuan
tahun bangsa ini telah melahirkan tokoh-tokoh dengan karya besar maka
tidak mengherankan bilamana banyak kearifan berasal dari Cina.
Sebagaimana berbagai ilustrasi mengenai strategi manajemen banyak di
antaranya menganalogikan proses bisnis dengan perang. Untuk masalah
ini telah banyak buku yang mencoba menganalogikan praktik-praktik
bisnis dengan strategi dalam perang. Tulisan mengenai siasat perang
yang diimplementasikan dalam praktik-praktik manajemen dan pemasaran
bukan hal yang baru lagi. Sebut saja nama Clausewitz dari Eropa atau
Sun Tzu atau Cina telah mengisi buku manajemen yang menjadi pedoman
dalam mengatur perusahaan. Apa kesamaan antara mengatur peperangan
dengan manajemen bisnis modern ? Keduanya adalah situasi yang
menghadapkan manusia untuk mengambil keputusan-keputusan terbaik pada
waktu singkat, lingkungan serta dalam situasi budaya tertentu.
Peperangan sendiri adalah suatu situasi kritis yang mengharuskan
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya melakukan analisis, pengambilan
keputusan tepat dan cepat. Sedangkan permasalahan yang dihadapi
selain keterbatasan waktu adalah keterbatasan sumber daya.
Prinsip-prinsip yang dipegang oleh panglima perang atau senapati
tidak lain berangkat dari pemikiran manajemen untuk mengatur tindakan
guna memperoleh hasil terbaik dan optimal.
Berbeda dengan buku-buku mengenai strategi perang yang berasal dari
tradisi mancanegara yang tidak selalu sesuai dengan budaya Nusantara.
Bahkan ada yang mengkritisi bahwa strategi perang Cina Tsun Tzu tidak
sesuai dengan nilai-nilai budaya Nusantara. Maka tulisan ini
mengemukakan mengenai pengetahuan strategi perang yang berasal dari
tradisi Nusantara. Sekalipun kisah asli ini berasal dari tradisi
Hindu India namun kemudian digubah menjadi cerita wayang telah
membumi dalam kebudayaan bangsa Indonesia selama berabad-abad.
Wayang tidak hanya menjadi inspirasi bagi orang Indonesia yang
beragama Hindu saja melainkan bagi mereka yang telah memeluk agama
Islam. Pada perang Bharata Yudha konon merupakan perang yang tidak
hanya melibatkan jumlah balatentara yang sangat besar pada jaman itu
namun juga ada siasat serta tipuan sebagaimana perang modern. Ada
pula cerita tentang Gatotkaca serta pasukannya yang mampu terbang.
Sepengetahuan penulis, tulisan secara utuh untuk menjelaskan mengenai
prinsip-prinsip peperangan Bharata Yudha belum pernah dibuat. Namun
dalam perkembangannya manajemen modern ada gejala menempatkan manusia
sebagai perangkat dalam proses produksi. Manusia direduksi menjadi
obyek sistem teknologi dan diukur kemampuannya berdasar metode
kuantitatif biologis, psikologis dan matematis.
Wayang sebagai khasanah budaya telah lama menjadi ruang untuk menimba
nilai-nilai siasat dan manajerial. Pada wayang dapat dipelajari
falsafah mengenai nilai-nilai kepemimpinan, etos kerja, siasat dan
cara pandang. Sebagai ilmu maka manajemen dibagi menjadi paradigma,
teori, strategi dan taktik. Pertama paradigma merupakan kumpulan
asumsi yang tidak terbantahkan dari serangkaian teori.
Wayang merupakan sumber inspirasi yang terdapat pada khasanah lokal
kebudayaan bangsa Indonesia. Namun belum dipublikasikan dengan baik
bahwa dalam kisah Mahabharata dan Ramayana kita dapat menjumpai
kisah-kisah yang memberikan inspirasi mengenai prinsip manajemen.
Manajemen tidak hanya merupakan suatu hasil proses rasional namun
juga mengandung makna ” art ”.
Adapun perang Bharatayudha merupakan perang besar
dalam kisah pewayangan antara 2 (dua) kubu yaitu Pandawa dengan
Kurawa pada satu pihak. Dalam versi pedalangan Ringgit Purwa atau
wayang Purwa kisah peperangan ini diberi warna sendiri disesuaikan
dengan latar budaya bangsa Indonesia. Sekalipun dalam kisah ini
Kurawa digambarkan sebagai pihak yang salah namun tidak berarti
kejelekan ada pada mereka semua. Bila sebelumnya kita belajar
mengenai kepahlawan dari para panglima yang gagah berani maka kini
kita akan diajak mempelajari bagaimana mereka melakukan strategi
menaklukkan lawan.
Baca Yang Lainnya : Daftar Isi
Baca Yang Lainnya : Daftar Isi