Pandawa Manusia Pembelajar Di balik Anugerah Wanamarta
Kisah sukses Pandawa bukan
didapatkan ketika mereka masih berada di istana Astina melainkan ketika mereka
mengembara di tengah hutan Wanamarta. Ada yang mengatakan Wisamarta, wisa
dalam bahasa Jawa artinya racun sedangkan marta adalah tempat jadi secara
keseluruhan berarti ” tempat yang beracun ”. Pandawa memperoleh kejayaan justru
ketika diberikan hutan Wisamarta. Mereka merubah bencana menjadi manfaat. Hanya
orang-orang bijak yang mampu menjinakkan bencana menjadi manfaat. Ini adalah cerita mengenai manusia yang merubah bencana
menjadi manfaat.
Kebencian dalam
pemberian
Sebelum Pandudewanata raja
Astina meninggal terlebih dahulu berpesan kepada kakaknya Drestarata yang buta untuk
mengasuh anak-anaknya dan menjadi raja sementara mereka belum dewasa. Para
sesepuh, pandita dan brahmana serta raja-raja menyaksikan hal tersebut.
Drestarata menyanggupi hal tersebut. Kecintaannya pada Pandudewanata sebagai
adik merupakan alasan utama sementara dirinya sebenarnya tidak merasa mampu
menjadi seorang raja.
Waktu berlalu anak-anak Pandawa
mulai beranjak dewasa. Para sesepuh seperti Bisma mencoba menyadarkan
Drestarata pada kewajibanya untuk mengembalikan Astina pada yang berhak yaitu
Pandawa anak-anak Pandu. Namun situasi berbeda, Drestarata mengalami
kebimbangan. Mengapa harus diserahkan bukankah dirinya juga berhak kalau tidak
buta sejak lahir. Akankan seorang buta menanggung kesulitan dan menurunkan
kesulitan kembali pada anak-anak mereka. Tetapi hati kecilnya berontak, Pandu
seorang adik yang baik, tidak pantas aku merebut warisannya. Pada sisi lain
Gendari yang merasa kecewa mendapatkan sebagian jalan menuju keinginannya
terpenuhi. Bukan mendorong suaminya mengembalikan namun justru memintanya untuk
memberikan pada anak-anak mereka Kurawa.
Pada Kurawa, Gendari juga
memberikan motivasi untuk mempertahankan kerajaan ini. Apakah kalian mau
menjadi anak-anak bekas raja tanpa memiliki istana dan kekuasaan ? Kepada
Duryudana ditanyakan, ” Sudah hilangkah keinginanmu menjadi raja Astina
?” Duryudana tentu saja menolak, berbagai alasan dikemukakan. Kemudian
adik-adiknya dipengaruhi sehingga semua menolak untuk mengembalikan pada
Pandawa.
Pemberian Wanamarta
Suatu ketika Prabu Drestarata
mendesak anak-anaknya untuk memberikan sebagian Astina namun mereka menolak.
Alih-alih diberikan Astina yang gemah ripah lohjinawi, sejengkalpun mereka
tidak berikan. Akhirnya diberikan wilayah yang masih berupa hutan yang bernama
Wanamarta. Apa yang mau didapatkan di Wanamarta yang dikenal sebagai alas
gung liwang liwung sato mara sato mati jalma mara jalma mati. Apa yang
didapatkan di dalam hutan penuh binatang buas dan duri selain dari kesulitan
serta kesusahan ? Padahal mereka terbiasa dalam kehidupan istana yang penuh
berkecukupan.
Apa motivasi dibalik pemberian
tersebut, apakah Kurawa telah berubah pikiran sehingga terbitlah rasa belas
kasihan kepada sepupu mereka. Apakah nasihat sang Drestarata telah menyentuh
hati mereka sehingga mampu menimbulkan perasaan kasih para Kurawa. Jawabannya
tidak. Mereka merencanakan sesuatu yang jahat pada para Pandawa. Malangngnya
sang Drestarata sebagai penguasa tidak berdaya terhadap keinginan anak-anaknya
yang melampaui batas ini. Permaisuri Gendari telah menanamkan benih-benih
kebencian pada anak-anak Pandu bahkan sebelum mereka dilahirkan. Dalam ilmu
genetika modern, dikenal DNA sebagai unsur kromosom yang membawa karakter
mahluk hidup. Gendari menumbuhkan DNA kebencian dan sakit hati pada anak-anak
yang lahir dari rahimnya.
Mereka ini tidak akan mampu
bertahan hidup dalam kesulitan di hutan Wanamarta. Tangan mereka tidak terbiasa
bekerja sementara mereka tidak diperkenankan membawa siapa-siapa. Jangankan
sebuah istana untuk membangun sebuah dusun akan memakan waktu berbulan-bulan.
Apalagi di hutan tersebut dikenal banyak penghuni para genderuwo dan jin yang
sangat ganas.
Menyatu dengan Kekuatan
Lokal
Kelima pemuda yaitu Puntadewa,
Werkodara, Permadi, Pinten dan Tangsen memasuki hutan. Aku tidak mengganggu dan
kalian jangan menggangguku. Itu adalah pusaka yang dibawanya sebagai senjata.
Sejauh mata memandang mereka hanya melihat pepohonan dan sorot mata binatang.
Suara auman macan dan binatang buas lainnya terdengar. Apa yang bisa
dilakukan di sini untuk membangun istanha sedangkan merobohkan satu
pohonpun sangat sulit.
Pandawa menghadapi tantangan
pertama yaitu bertemu dengan para raksasa penunggu hutan yang secara kebetulan
berjumlah 5 (lima) orang. Pertama, raksasa yang bernama Yudistira, Janaka,
Werkodara, Nakula dan Sadewa. Mereka ini tidak suka tempat kediaman yang selama
ini nyaman ditinggali dimasuki orang-orang tidak dikenal. Para genderuwo ini
telah membangun kediaman ini menjadi semacam daerah kekuasaan. Akibat tidak ada
kesepakatan maka terjadilah perang satu lawan satu. Akhirnya kelima takluk dan
menyatu.
Dalam ajaran filsafat Jawa
mereka ini tidak pernah musnah dalam arti sesungguhnya melainkan telah manunggal.
Keberadaan mereka antara yang lama dan baru menjadi satu. Antara kawula dan
gusti menjadi satu. Kekuatan yang lama mengalami proses pembaruan dalam konsep cakra
manggilingan. Penyatuan itu diwujudkan dalam nama Puntadewa ditambah nama
menjadi Yudistira. Werkodara menjadi Bima. Arjuna menjadi Janaka. Pinten
menjadi Nakula dan Tangsen menjadi Sadewa.
Babad Alas Wisamarta
Tahap berikutnya adalah
melakukan babad alas dibantu oleh lima kekuatan yang telah mereka satukan dalam
diri mereka. Hutan Wisamarta yang dikenal angker mampu dirobah menjadi keraton
Indraprasta yang indah. Bencana tersebut justru membuat mereka belajar
mengenai makna kerja keras, kesetiaan, pengorbanan, kemandirian dan
kebajikan lainnya sehingga membuat semakin teruji dan perkasa. Pandawa mampu
merubah bencana menjadi manfaat. Prinsip-prinsip apa yang menjadi dasar untuk
mengobarkan tekad ? Apa yang dilakukan Pandawa tidak jauh berbeda dengan para
pemimpin bisnis yang membangun perusahaan dan usahanya dari nol, seandainya
mereka menyerah serta menggantungkan harapan pada berbagai fasilitas
kemungkinan sukses akan jauh dari apa yang dapat dicapai. Kunci utama adalah
kesabaran menghadapi masalah serta menjadikannya sebagai proses belajar.
Inovasi tidak cukup namun diperlukan kesabaran untuk memperjuangkannya.
Hal ini berbeda dengan Kurawa
yang harus banyak menggantungkan hidup dan kejayaan mempertahankan Kurawa
pada orang-orang yang berada di sekitar mereka. Penderitaan dan kejayaan
bukan masalah baru bagi para pemimpin dunia serta tidak membuat mereka
kehilangan motivasinya. Nelson Mandela harus mendekam di penjara bertahun-tahun
kehilangan kebebasannya sebelum menjadi Presiden Afrika Selatan. Soekarno juga
harus merasakan dibuang maupun dipenjarakan dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia. Keberhasilan dalam manajemen bukan dari hasil suatu proses seketika
apalagi tiba-tiba.
Peristiwa serupa pernah dialami
ketika Werkodara dimasukkan dalam sumur penuh ular berbisa, Bima digigit ular
namun tidak mati justru perkasa karena bisa-bisa ular tersebut saling
menawarkan. Dari mana kekuatan Pandawa berasal ? Kekuatan Pandawa berasal dari
krisis yang berhasil mereka taklukkan, seperti halnya serum yang menjadi
penahan penyakit itu sendiri. Krisis menjadi berkah. Pandawa memperoleh
kejayaan justru ketika diberikan hutan Wisamarta. Kemudian Pandawa dihukum
buang selama dua belas tahun di hutan tidak boleh bertemu dengan orang. Namun
bencana tersebut justru membuat mereka semakin perkasa.
Pengalaman dan Proses
Hasil apa yang diperoleh dari
tempaan krisis serta ujian mengatasi berbagai permasalahan ? Penguatan modal
manusiawi mereka yaitu motivasi dan keyakinan.
Kisah serupa dialami Jepang.
Impian menguasai dunia menantang Jepang memaklumkan peperangan di Asia Pasifik.
Dalam waktu tidak terlalu lama pasukan Jepang telah menguasai sebagian
negara-negara Asia. Hingga kemudian situasi berbalik Jepang mendapat bom atom
ketika Perang Dunia II, ekonomi negara samurai ini berantakan. Cita-cita untuk
menjadi penguasa Asia Pasifik melalui jalur militer kandas terkubur oleh
serangan balik tentara Sekutu. Sesungguhnya titik balik dimulai ketika
Jepang segera bangkit menjadi negara raksasa industri yang disegani. Kali ini
produk Jepang mampu memimpin dunia. Dari mana semua itu berasal, tiada lain
dari bencana yang meluluh lantakan secara fisik negara mereka. Tapi tak dinyana
hal ini menjadi pemicu harga diri mereka sebagai bangsa yang bermartabat.
Adanya bom atom yang menyadarkan negara ini menaklukkan dunia melalui industri.
Bila ada pertanyaan siapa yang menyangka Jepang bisa bangkit dari keterpurukan
? Jawabannya adalah mereka sendiri.
Ilustrasi ini mendukung
pemahaman di luar dimensi relijius bahwa musibah merupakan ajang bersimpati,
setiakawan membangun kebersamaan tidak terkecuali evaluasi diri. Pengalaman
adalah bangku sekolah yang berharga untuk belajar. Bencana bukan akhir
segala-galanya. Tanpa ada bencana manusia akan terlena dalam mimpi-mimpi
indahnya. Cara mengubah bencana menjadi manfaat adalah optimisme, visi, kerja
keras dan paling utama adalah segera merubah strategi. Hasilnya Jepang
menaklukan dunia lewat perekonomiannya.