Strategi 10. Mengalahkan dengan Bantuan Musuh

MANAJEMEN STRATEGI
DALAM BHARATA YUDHA
Memenangkan Tanpa Mengalahkan

COLLECTIE TROPENMUSEUM Wajangfiguur van karbouwenhuid voorstellende een pauzeteken TMnr 4551-27.jpg

Oleh :
SUDARMAWAN JUWONO

Mengalahkan dengan Bantuan Musuh



Strategi Lainnya : Kearifan Strategi Dalam Bharatayudha


Kurawa mengangkat Raden Burisrawa sebagai panglima perang sedangkan Pandawa menunjuk Setyaki sebagai panglima perang. Setyaki adalah sepupu Prabu Kresna. Burisrawa dan Setyaki sejak lama merupakan musuh bebuyutan sehingga menanti peperangan ini untuk mengadu dalam perang tanding.  Ketika Setyaki terdesak Prabu Kresna meminta Arjuna memanah Burisrawa. Prabu Kresna meminta Arjuna untuk memanah pada suatu arah yang sebenarnya ditujukan pada bahu Burisrawa. Lengan Burisrawa terpanah sehingga Setyaki terbebas. Akibatnya Setyaki mampu membebaskan diri dan ganti mengalahkan lawannya. Akhirnya Burisrawa gugur ditangan Setyaki. Pihak Kurawa memprotes hal ini, namun Prabu Kresna mengatakan bahwa hal tersebut wajar karena Burisrawa juga bersama mengeroyok Abimanyu. 


Ada beberapa makna dalam siasat ini. Pertama, menggunakan tenaga orang lain. Dalam bahasa Jawa, ada ungkapan ” nabok nyilih tangan ” yaitu menampar dengan meminjam tangan. Artinya tidak melakukan perbuatan itu sendiri melainkan dengan menggunakan kekuatan orang lain. Kedua, menghalalkan cara untuk memenuhi tujuan. Tujuan utama adalah menyelamatkan Setyaki yang sebenarnya tidak mampu melawan Burisrawa.

Mengalahkan dengan Bantuan Musuh Lainnya
Cara-cara menggunakan tenaga orang lain dapat dilihat dari cara Raden Wijaya pendiri Majapahit menggunakan pasukan Mongol mengalahkan Jayakatwang. Saat itu kondisi tidak memungkinkan baginya untuk menundukkan Jayakatwang raja muda Kediri yang telah merebut kekuasaan di Singasari. Adapun kekuatan Singasari sedang dialihkan dalam Ekspedisi Pamalayu sebagai akibat kebijakan Prabu Kertanegara. Kebetulan pasukan Mongol yang datang dengan ratusan kapal hendak menghukum Singasari tiba di Jawa. Raden Wijaya menggunakan kesempatan ini untuk menyerang balik musuh Singasari dengan memberi informasi bahwa sesungguhnya Jayakatwang adalah identik dengan Prabu Kertanegara. Siasat ini membuahkan hasil, sekonyong-konyong pasukan Mongol menyerang pasukan Kediri yang menduduki Singasari. Hasilnya Kediri dapat dikalahkan kemudian Raden Wijaya dengan tipu muslihat menyerang balik pasukan Mongol saat berpesta pora. Tanpa menggunakan bantuan Mongol, Raden Wijaya tidak mampu menundukkan Jayakatwang. Dalam kasus ini peribahasa gajah bertarunggan  pelanduk mati ditengah-tengahnya tidak berlaku. Pelanduk justru dapat mengalahkan gajah dengan mengadu dengan gajah lainnya.

Strategi ini digunakan oleh Ken Arok untuk mengelabui orang bahwa dirinya membunuh adipati Tunggul Ametung. Ken Arok menghendaki kematian Tunggul Ametung agar dapat menikahi Ken Dedes sehingga memuluskan ambisinya mengganti kedudukannya sebagai adipati. Tidak mungkin terang-terangan untuk membunuh Tunggul Ametung. Caranya dengan memperalat Kebo Ijo sehingga orang menyangka bahwa dialah yang telah membunuh Tunggul Ametung. Sebelum membunuh Tunggul Ametung dengan keris miliknya, keris tersebut diberikan pada Kebo Ijo di depan orang banyak.  Kebo Ijo dengan bangga memamerkan keris tersebut pada orang-orang banyak. Peristiwa ini membuat orang tahu kalau keris tersebut milik Kebo Ijo. Setelah itu, Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dengan keris tersebut. Alhasil orang mengira Kebo Ijo adalah pelakunya.

Investasi Dengan Bantuan Dana Orang Lain
Strategi membunuh Burisrawa dengan panah Arjuna dapat dimanfaatkan dalam bisnis khususnya jika kita bisa meyakinkan orang lain untuk berinvestasi pada usaha yang akan dijalankan. Hal ini dilakukan ketika modal kita tidak cukup atau kita tidak dapat melakukannya sendiri. Strategi ini termasuk cara menggunakan tenaga atau potensi orang lain untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Masalahnya adalah bagaimana orang mau melakukan dengan senang hati.

Mengajak orang berinvestasi dapat menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Investasi tersebut tidak selalu berbentuk modal namun potensi lain seperti ketrampilan, jabatan atau pengaruh pada orang lain. Kita sering mendengar bagaimana para pebisnis memperalat para pejabat untuk membantu usaha mereka. Para pejabat tersebut diberi iming-iming keuntungan atau imbalan yang tidak sedikit. Dalam kasus pertikaian KPK (Komite Pemberantasan Korupsi) dengan Kejaksaan maupun Polisi, ada orang-orang tertentu yang menggunakan kedekatannya dengan kelompok tersebut untuk menjalankan rencananya. Pertikaian tersebut bukan konflik antar instansi pemerintah melainkan lahir dari kepentingan bisnis seseorang. Adapun orang-orang yang terlibat dalam hal ini disebut oknum, karena instansi yang bersangkutan sebenarnya tidak memiliki kepentingan hal tersebut. Para oknum tersebut dengan senang hati menggunakan pengaruh serta kekuasaan intansi tempatnya bekerja melakukan apa yang diminta sang pemberi order.

Strategi ini digunakan bank-bank mengatasi para nasabah yang bandel. Para debt collector yang biasa digunakan jasanya oleh bank-bank terhormat untuk menagih hutang pada para nasabah. Jasa debt colector ini memungkinkan bank mendapatkan kembali uangnya dengan cara yang cukup efisien.

 
Previous
Next Post »