MANAJEMEN STRATEGI
DALAM BHARATA YUDHA
Memenangkan Tanpa
Mengalahkan
Oleh :
SUDARMAWAN JUWONO
Digdaya Tanpa Aji Nglurug Tanpa Bala
Strategi Lainnya : Kearifan Strategi Dalam Bharatayudha
Saat Prabu Salya menjadi senapati memimpin
peperangan yang berlangsung sampai setengah hari karena berhadapan dengan Prabu
Yudistira. Dalam perang tanding ini Prabu Yudistira menggunakan pusaka Jamus
Kalimasada yang seketika melumpuhkan
kekuatan Prabu Salya. Jamus Kalimasada dalam pewayangan adalah berwujud ajaran
spiritual (digambarkan dalam sebuah buku atau layang) bukan suatu kesaktian
fisik. Dalam peperangan yang tidak seimbang ini kekuatan raksasa Prabu Salya
dikalahkan kekuatan spiritual Prabu Yudistira yang telah mendalami makna
Kalimasada.
Prabu Salya menjadi panglima perang Kurawa yang
tiada tandingan. Sebenarnya Salya sendiri merasa bahwa dirinya telah salah
memilih kebenaran. Separuh anaknya ada di pihak Pandawa, sedangkan lainnya di
pihak Kurawa. Namun apa daya sebagai seorang raja yang dikatakan ” sabda pendita ratu ” malu dirinya untuk
mundur. Bagi dirinya mati atau gugur di medan peperangan akan lebih mulia.
Dalam pertempuran hari ini, Prabu Salya mengamuk menggunakan aji Candrabirawa
yang mampu mengerahkan pasukan raksasa sebanyak-banyaknya. Pasukan ini bila
mati maka akan hidup berlipat ganda sehingga sia-sia belaka bila lawan
bermaksud membunuh raksasa-raksasa ini. Puntadewa maju ke depan sebagai
panglima. Ketinggian ilmu sang Darmakusuma adalah ” ajiannya ” yang
mengembalikan seseorang kembali ke dharmanya. Teringat Prabu Salya pada
kata-kata mertuanya, Resi Bagaspati yang berwujud raksasa. Bahwa kekalahan
raksasa bukan pada kekuatannya namun pada hatinya. Seperti takluknya
Pringgondani pada Pandawa karena jantungnya yaitu Arimbi telah direbut hatinya
oleh Bimasena. Seketika Candrabirawa dikeluarkan namun tidak menyerang Prabu
Puntadewa namun sebaliknya berbalik melawan tuannya sendiri.
Strategi Mengalahkan Dengan
Memanfaatkan Kekuatan Lawan
Strategi melawan Prabu Salya dengan Prabu
Puntadewa adalah strategi meminjam kekuatan lawan. Semakin kuat lawan melawan
maka semakin kuat mereka dikalahkan. Strategi ini dipahami baik pada pencak
silat atau beladiri tenaga dalam yang menggunakan tenaga lawan. Ibarat
memantulkan cahaya atau bayangan melalui cermin. Pada pertunjukan kemampuan
tenaga ini seperti kita biasa saksikan ada sesorang dikeroyok banyak orang.
Para pengeroyok dengan sekuat tenaga menyerang namun mereka tidak bisa
menyentuh orang yang bertahan tersebut. Mereka ini tidak mampu menyentuhnya
sama sekali bahkan sebaliknya mereka terlempar.
Uniknya kekuatan yang mereka gunakan itulah sebesar kekuatan yang
membuat mereka terlempar. Kemampuan menggunakan tenaga lawan seperti dengan
cermin ini didapatkan dari suatu hasil pengendalian diri. Para pesilat tersebut
belajar mengenai cara menghimpun tenaga dan mengendalikannya. Pada saat
bertarung tenaga tersebut dapat digunakan dengan baik. Tugas mereka adalah
memancing lawan agar mereka menyerang dengan sungguh-sungguh.
Dalam hukum fisika kita mengenal adanya
hukum Archimedes yaitu gaya yang diterima sebesar beban yang dipindahkan. Hal
ini menjelaskan mengapa kapal selam yang terbuat dari besi bisa mengapung atau
melayang dalam air. Cara cara seperti ini sangat rasional dalam bisnis bukan
suatu keajaiban. Pertarungan dapat dimenangkan tanpa menggunakan tenaga yang
sebanding dengan tenaga yang dimiliki lawan. Bahkan lawan yang paling kuat
sekalipun dapat dikalahkan bila ilmu milik Prabu Puntadewa ini bisa dipahami.
Dalam bisnis kita bisa melihat bagaimana
strategi ini diterapkan untuk memilih pembeli dengan cara lelang. Lelang adalah
cara mendapatkan pembeli dengan penawaran harga yang terbaik. Semakin tinggi
para peserta lelang menawar maka akan memberi keuntungan pada penjual. Para
penjual sering pula memanfaatkan situasi lelang yang panas dengan menyusupkan
orang-orang yang mampu mendongkrak lelang dengan berpura-pura mengajukan harga
yang lebih tinggi.
Sama halnya suatu negara yang memiliki
sumber daya alam besar tanpa kekuatan yang cukup akan membahayakan dirinya sendiri.
Seperti seorang yang menggunakan perhiasan menyolok berjalan di jalanan yang
sepi sendirian. Tindakannya dapat memancing penjahat untuk bertindak
mencelakakan dirinya agar mendapat perhiasan yang tengah dikenakannya.