MANAJEMEN STRATEGI
DALAM BHARATA YUDHA
Memenangkan Tanpa
Mengalahkan
Oleh :
SUDARMAWAN JUWONO
Karakter Manajemen
Strategi Lainnya : Kearifan Strategi Dalam Bharatayudha
Manajemen
memiliki korelasi dengan perilaku dan kepribadian manusia. Ada beberapa figur pemimpin
pasukan yang terlibat dalam Bharata Yudha dan perilaku manajemen yang beragam antara
lain yaitu :
(1)
Puntadewa
Kisah-kisah wayang menggambarkan Puntadewa atau
Yudistira sebagai pemimpin Pandawa yang
berhati lembut dan tidak memiliki sikap permusuhan. Julukannya adalah
Ajatasatru yaitu orang yang tidak memiliki musuh. Sekalipun demikian
perintahnya sangat ditaati oleh para adik-adiknya. Pusaka yang dimiliki adalah
Jamus Kalimasada. Panglima Astina yang
mati ditangan Puntadewa adalah Prabu Salya. Puntadewa adalah figur kepemimpinan
yang mengayomi serta tidak segan mendelegasikan wewenang pada bawahan. Bagi Puntadewa lebih baik berkorban dari
memiliki kemenangan tetapi di atas penderitaan orang lain. Kelebihan lain Puntadewa adalah mampu
mendorong semangat perjuangan para Pandawa.
Keputusan yang diambilnya selalu berlandaskan hati
nurani. Keyakinan tersebut mendorong dirinya untuk menerima tantangan Kurawa
bermain dadu karena dianggap dapat mengambil kembali Astina tanpa peperangan.
Bagi Puntadewa tidak ada kebimbangan dalam memutuskan sesuatu. Kelemahannya
adalah berani mengambil resiko yang kurang diperhitungkan sehingga mencelakakan
Pandawa. Keberanian mengambil risiko pada saat bermain judi mengakibatkan
kehilangan akal sehatnya sehingga rela mengorbankan Pandawa, Drupadi serta
kehormatan mereka sendiri.
(2)
Arjuna
Arjuna atau Permadi adalah satria
panengah Pandawa anak Prabu Pandudewanata. Pandawa dilahirkan dari rahim Dewi
Kunti. Arjuna meskipun dikenal sebagai seorang satria yang gemar menuntut ilmu
namun memiliki kerendahan hati serta hormat pada orang tua dan guru. Kepandaian
Arjuna dalam memanah boleh dikatakan tidak ada tandingannya. Pusaka yang
dimiliki adalah panah Pasopati. Tokoh
Astina yang berhasil ditewaskan Arjuna adalah Bisma, Jayadrata dan Adipati
Karna. Arjuna memiliki keberanian dan kesaktian luar biasa. Kelemahannya adalah
mudah percaya diri namun juga mudah kehilangan percaya diri serta bimbang. Hal
tersebut terjadi ketika Pandawa berhadapan dengan para sesepuh Astina yang
sangat mereka hormati. Arjuna menjadi ragu-ragu karena perang ini menjadi sesuatu
yang berada di luar hati nurani mereka.
(3)
Bimasena
Bimasena atau
Werkodara adalah satria panegak Pandawa yang berayah Pandudewanata dan ibu Dewi
Kunti. Bimasena dikenal sebagai satria bertubuh besar yang memiliki kekuatan
luar biasa dan pandai memainkan gada. Permainan gada Bima hanya dapat
ditandingi oleh Duryudana. Pusaka yang dimilikinya adalah Gada Rujakpolo.
Banyak tokoh Kurawa yang dibinasakan Bimasena termasuk Dursasana dan Duryudana.
Bimasena adalah seorang yang sangat rasional dan lugu, tidak memiliki banyak
pilihan.
(4)
Bisma
Resi Bisma adalah sesepuh Astina yang berbudi luhur
sangat dihormati Kurawa maupun Pandawa. Ayahnya adalah Prabu Santanu dan ibu
Dewi Gangga, sesungguhnya Bisma adalah pewaris tahta Astina. Namun karena
keluhuran budinya, tahta tersebut dilepaskan dan diberikan pada keturunan adik
tirinya yaitu Abiyasa. Bisma terikat dengan sumpahnya tidak menikah dan akan
membela Astina dalam kondisi apapun juga. Bisma dapat disamakan dengan
Kumbakarna pada kisah Ramayana atau Hector dalam perang Troya. Sebagai benteng
Astina, Resi Bisma merupakan satria pilih tanding dan sakti mandraguna yang
tidak terkalahkan. Akhirnya Bisma dikalahkan oleh duet Arjuna dan Srikandi.
(5)
Durna
Durna adalah
seorang maha guru Astina yang pernah mengasuh Pandawa maupun Kurawa. Resi Durna
adalah ahli strategi dan taktik peperangan.
Keunggulan Resi Durna dalam mengatur siasat perang hanya bisa ditandingi
oleh Kresna. Sulit untuk mengacaukan formasi perang yang dipimpinnya. Pandawa
sendiri adalah murid mereka, ilmu perang Pandawa masih jauh dibandingkan ilmu
yang dimiliki Resi Durna. Resi Durna berhasil ditewaskan oleh Drestajumena
ketika lengah karena merenungkan kematian Aswatama anaknya.
Keunggulan
Resi Durna adalah ilmu persenjataan dan peperangan. Sekalipun telah berusia
lanjut namun Resi Durna masih
menunjukkan ketangkasan dan kecermatannya dalam memimpin pasukan. Kelemahan
Resi Durna adalah kecintaan pada anaknya.
(6)
Salya
Sebenarnya keikutsertaan Prabu Salya membantu Duryudana dalam perang ini
tidak sepenuh hati. Hal itu ditandai berbagai pertentangan dan ketidaksukaan
terhadap segala tindak tanduk Duryudana. Ketika Adipati Karna harus meminta
dengan menyakinkan untuk meminta Prabu Salya berkenan sebagai sais keretanya.
Sebenarnya Prabu Salya berkeberatan menjadi sais bagi menantunya. Adipati Karna
tidak segan-segan menunjukkan pada Prabu Duryudana bahwa sebenarnya Prabu Salya
ini masih berat dengan Pandawa. Berangkatlah Prabu Salya dengan hati tidak
senang menjadi sais kereta perang. Dalam perspektif manajemen Adipati Karna
melakukan kesalahan paling mendasar yaitu menyerahkan nasibnya pada orang yang
sebenarnya tidak dipercayainya. Pusaka yang dimiliki adalah Aji Candra Birawa
yang berwujud pasukan raksasa.
(7)
Duryudana
Duryudana atau
Suyudana sebagai raja Astina merupakan seorang yang teguh pendirian. Sebagai
seorang satria yang dibesarkan dalam situasi untuk mempertahankan kedudukannya
maka Duryudana selalu berupaya untuk memperoleh dukungan kuat bagi Astina. Prabu
Duryudana merupakan ahli bermain gada yang menjadi lawan tanding sepadan dengan
Bimasena. Akhir peperangan, Duryudana maju perang tanding dengan Bimasena yang
berakhir dengan kekalahannya.
(8)
Karna
Karna semula
dikenal sebagai anak kusir yang bernama Adirata. Pada suatu perlombaan memanah,
Karna dihina Pandawa dan tidak diperbolehkan mengikuti pertandingan. Namun
Duryudana menjadikannya seorang satria dan memberi kedudukan sebagai seorang
adipati atau raja muda. Wilayah kekuasaannya adalah negeri Awangga. Pusaka yang
dimiliki adalah Kuntawijayadanu yang mirip peluru kendali mengejar obyek
sasarannya.
(9)
Aswatama
Aswatama
adalah anak Resi Durna dengan ibu Dewi Wilutama. Kesaktian dan kepandaian
memanah merupakan salah satu kelebihan Aswatama. Aswatama merupakan orang yang
sangat mengasihi ayahnya serta siap berbuat apa saja untuk membantu ayahnya.
Keberadaan dirinya menjadi tulang punggung angkatan perang Astina.
(10) Gatotkaca
Gatotkaca
adalah raja negeri Pringgodani negeri para raksasa. Satria ini anak Bimasena
dengan Dewi Arimbi adik raja Pringgodani yang bernama Arimba. Kesaktian
Gatotkaca adalah kemampuannya bisa terbang melanglang buana. Keberadaannya
merupakan tokoh muda yang menopang angkatan perang Amarta. Dalam pewayangan,
Gatotkaca dikenal sebagai tokoh satria sakti mandraguna pilih tanding otot
kawat balung wesi.
(11) Abimanyu
Abimanyu adalah anak Arjuna yang berasal dari rahim Dewi
Sembadra. Kesaktian dan keberanian Abimanyu sangat luar biasa. Abimanyu yang
menikah dengan Dewi Siti Sundari memiliki anak yang bernama Parikesit. Anak
inilah yang akan menurunkan serta menjadi penerus Pandawa.
(12) Seta
Seta adalah
satria yang berasal dari kerajaan Maespati. Kerajaan ini memihak Pandawa karena
pertalian hutang budi karena pernah ditolong lima bersaudara ketika diserang
Kurawa. Kemampuan Seta di atas rata-rata para satria sehingga diangkat menjadi
panglima perang. Dalam pertempuran hari pertama Seta berhasil dikalahkan Resi
Bisma.
(13) Jayadrata
Jayadrata adalah anak raja Sindu yang
dalam pewayangan merupakan bagian dari ari-ari Bimasena. Hal ini membuat
Jayadrata nampak seperti Bimasena. Jayadrata berhasil dipikat Sengkuni menjadi
warga Astina dan dinikahkan dengan Dewi Dursilawati. Jayadrata memiliki sikap yang kurang teguh
sekalipun kesaktiannya cukup tinggi. Pada suatu kesempatan Jayadrata berhasil
ditewaskan oleh Arjuna yang berpura-pura hendak bunuh diri.