MANAJEMEN STRATEGI
DALAM BHARATA YUDHA
Memenangkan Tanpa
Mengalahkan
Oleh :
SUDARMAWAN JUWONO
Berpura-Pura Untuk Memperdaya
Berpura-Pura Untuk Memperdaya
Strategi Lainnya : Kearifan Strategi Dalam Bharatayudha
Menjaga emosi dalam peperangan sangat penting. Tidak jarang karena
emosi maka lawan dapat mudah membinasakan kita dalam suatu serangan
yang tidak terduga. Dalam pertempuran, ada kalanya lawan tidak mau
tampil karena dianggap situasi tidak menguntungkan. Hal ini terjadi
ketika Jayadrata berhasil membunuh Abimanyu putra Arjuna. Dibakar
dendam dan kemarahan luar biasa, Arjuna bersumpah melakukan pati
obong bila tidak bisa membunuh Jayadrata hingga matahari terbenam
keesokan harinya. Seruan sumpah ini diperdengarkan ketika pertempuran
hari ini berakhir sehingga Jayadrata menggigil ketakutan. Begitu
takutnya pada balas dendam Arjuna sehingga ia sempat merencanakan
kembali ke negeri Sindhu. Namun Duryudana berhasil menyakinkan bahwa
dirinya tidak perlu takut terhadap ancaman Arjuna sehingga kemudian
memasuki medan peperangan kembali.
Dipastikan besok Jayadrata dapat menyaksikan
Arjuna pati obong karena tidak mampu memenuhi sumpahnya. Caranya
dengan menyembunyikan Jayadrata dan melindunginya dengan pengamanan
pasukan yang berlapis. Pengamanan ini tidak tanggung-tanggung, Resi
Durna selaku panglima perang sendiri yang menjadi pelindung
Jayadrata. Hal ini membuat Arjuna sama sekali tidak bisa mendekati
Jayadrata sehingga Arjuna pura-pura hendak
membunuh diri sedangkan Kresna mendatangkan awan gelap sehingga hari
nampak seperti telah beranjak senja. Inti strategi ini adalah
pura-pura lemah untuk menipu pasukan musuh. Ketika
Jayadrata lengah maka tewas terkena panah Pasopati. Jayadrata
tertipu oleh siasat Prabu Kresna dan Arjuna. Sumpah Arjuna untuk
membunuh Jayadrata sebelum matahari terbenam dimanfaatkan oleh Prabu
Kresna mengatur gerak awan mendatangkan mendung sehingga seolah-olah
matahari telah terbenam. Saat Jayadrata lengah karena menonnton aksi
Arjuna membakar diri, panah sang Permadi menembus lehernya. Sehingga
Jayadrata tewas seketika.
Rahasia Strategi Memperdaya Jayadrata
Strategi ini mengandalkan tipuan sebagai upaya memperdaya lawan.
Berbeda dengan tipuan mengalihkan perhatian Baladewa maka mengalihkan
perhatian Jayadrata ditujukan untuk membunuhnya. Arjuna harus mampu
memancing Jayadrata agar keluar dari persembunyian serta mendapatkan
jarak yang tepat agar bisa menembak mati Jayadrata. Tindakan ini
dibantu oleh Kresna. Pada kehidupan yang nyata, tindakan Arjuna
adalah menciptakan even atau produk yang memancing tindakan lawan.
Apa yang dilakukan Kresna adalah menggunakan berbagai opini
masyarakat agar mengesankan kondisi tersebut sesuai yang
direncanakan. Baik kubu Pandawa maupun Kurawa mengira bahwa apa yang
dilakukan oleh Arjuna benar-benar adanya sehingga mereka tidak curiga
sama sekali. Strategi ini harus benar-benar dirahasiakan sehingga
tidak tercium telik sandi sehingga dianggap sebagai kejadian
sesungguhnya.
Kuda Troya dan Jayakatwang
Dunia mencatat bagaimana orang orang Yunani menggunakan kuda kayu
raksasa untuk mengelabui opini orang-orang Troya. Melalui kuda
raksasa yang nampak bodoh ini orang-orang Yunani nampak seperti tidak
berdaya di mata orang Troya. Begitu kesempatan masuk kota bisa
dilakukan maka orang-orang Yunani yang berada dalam perut kuda kayu
segera menghambur membunuhi orang Troya yang tenggelam dalam
kemenangan. Jayakatwang raja muda Kediri dan Aria Wiraraja
menggunakan siasat ini untuk mengalihkan perhatian Prabu Kertanegara
dari Singasari pada situasi keamanan dalam negeri. Hal ini dilakukan
karena Jayakatwang tidak mampu menghadapi kekuatan Singasari.
Kertanegara percaya pada saran Jayakatwang mengirimkan pasukan ke
luar sementara dirinya merencanakan menghancurkan Singasari.
Pada masa kini, tipuan-tipuan semacam ini untuk mengacaukan
konsentrasi serta perhatian lawan banyak sekali digunakan. Seperti
halnya seorang yang hendak bertindak jahat mengelabui sang pemilik
rumah sehingga tindakannya bisa bebas dilakukan. Para produsen
menawarkan iming-iming hadiah pada konsumen untuk menarik perhatian
agar dapat membeli produk mereka. Bank-bank yang hendak bangkrut atau
mengalami krisis likuiditas menawarkan bunga deposito tinggi untuk
menarik nasabah agar mau menaruh uang pada mereka.
Hikmah lain dari strategi ini adalah kita harus berhati-hati
menghadapi kondisi yang tiba-tiba berbalik. Kontradiksi seperti
peristiwa tsunami yang diawali ” surutnya air laut ” kemudian air
dengan ketinggian tidak kurang 10 meter melanda daratan.
Peristiwa-peristiwa yang janggal atau aneh harus diwaspadai karena
barang kali ada sesuatu di balik peristiwa tersebut.